Tentang Devi dan Bekasi
Kembali ke Bekasi yang sempat gua anggap menyebalkan, ternyata sekarang dirindukan tjie xixixi,,
Mengenai Bekasi dan segala hal yang membuatnya diasingkan, ternyata setelah ditinggali 15 tahun kemudian ditinggalkan justru menjadi tempat liburan yang menyenangkan. Membicarakan mereka yang sibuk dengan dunia kerja, hura-hura mall kota, sampai pedagang kaki lima yang berserakkan, ternyata bisa menjadi bahan hiburan. Aku coba deskripsikan satu persatu, bayangkan yaa. Kayaknya disini gua gabakal cerita di Bekasi ngapain aja, bakal jadi surat cinta rahasia untuk Bekasi aja deh heheh.
---
Aku selalu bingung tiap ada teman yang bilang, "oleh-oleh jangan lupa!" sesaat aku akan meninggalkan Yogyakarta dan kembali ke Bekasi. Jawabanku selalu sama, "apa ya? langit abu-abu? debu dera jalan raya? atau angkot dan bis kota penyebab kemacetan?" karena memang pada nyatanya tidak ada yang bisa dibawa pulang, mungkin hanya jerawat baru karena perubahan iklim secara signifikan hahaha berlebihan.
Kedatanganku disambut hangat oleh rantai kendaraan sepanjang tol Jakarta-Cikampek. Tidak terlalu lama kalau dibandingkan apa yang ada di kepala, sepertinya karena pembangunan tol yang membuat mereka menurunkan kecepatan malam itu. Anehnya, yang terbesit malah, "i'm home." Ya begitu lah kira-kira love-hate relationship Devi dan Bekasi.
Ditinggal sebentar, sekarang jalan keluar-masuk tol yang biasa dilewati sudah berbeda, banyak gedung baru yang belum diketahui namanya, jalan yang belum pernah dilewati sebelumnya, dan lahan pinggir kawasan industri yang dulu masih hijau kini juga berbeda suasananya. Bahkan, ga sampai 200 meter dari gerbang perumahan, kini ada gerbang tol yang langsung tembus Soekarno-Hatta.
Setelah menyelesaikan laprak yang gagal dikumpul sebelum sampai ke Bekasi, akhirnya baru keluar kandang di hari sabtu ke Jakarta sama mama papa. Sudah satu setengah tahun ga balik ke ibu kota, sudah lama ga lihat gedung-gedung tinggi pemantul terik matahari disana. Senang melihat Jakarta jauh lebih biru dibanding kunjungan terakhir ketika akan menonton raisa dahulu. Nampak pandemi membuatnya bisa bernafas sedikit lebih banyak, syukurlah.
Aku juga sempat mengunjungi Bekasi, Kota Bekasi dengan mall-mall kebanggaannya, maksudku. Tapi sepertinya menjadi sebuah kesalahan pergi kesini ketika malam minggu. Keramaiannya seperti menandakan kalau tidak ada hal yang mengancam. Mungkin mereka merasa aman dengan maskernya masing-masing, mungkin.
Ketika kebiasaan memegang handphone sambil berjalan sering ditegur satpam fakultas ketika di Jogja, disana aku masih menemukan itu pada diri setiap orang yang berlalu lalang. Bahkan salah satunya berjalan sambil hands free story instagram sambil tertawa lebar, dan aku hanya ikut berjalan dibelakangnya menahan awkward karena pastiiii ikut terekam hahaha bisa kali tag sekalian?
Salah lain alasan kembali ke Bekasi selain potong rambut sebenarnya ya karena rindu makanan sana. Makanan yang sering aku anggap guilty pleasure, ya gimana abisnya, enak, dan uuuh sehat sekaliii. Ada cireng isi seberang surya anda, cimol perempatan, bubur depan warnet Bagas, Bebek madura depan kelurahan, bebek mba nanik, bebek bulak kapal, bebek panggang tarwud, sate padang smb hahaha menyesal tidak menyusun food blogging selama disana. Devi yang merasa porsi sajian selalu kebanyakan, akan merasa kurang ketika bertemu makanan yang tepat. Terima kasih tambahan berat badannya, kuliner Bekasi! :-)
Jadi gitu deh kerinduan yang terbayar selama kembali. Jogja memang jauh lebih damai dan tenang. Tapi ya bagaimana kalau rasa terbiasa ternyata membuat nyaman dan senang? ciaaaakk. When the world against you, i'll stay by your side, Bekasi hahahahahah
Komentar
Posting Komentar