there are things in life that happen just like that
Gua sadar kalau gua punya masalah mengenai kejujuran. Somehow gua terlalu jujur sampe gabisa menyembunyikan apa yang gua rasa dan apa yang gua pikirkan dari orang lain. Orang bilang itu bagus karna gua aware and honest dengan diri gua. Tapi at some point gua merasa salah ketika sadar gacuma energi positif bahkan terlalu banyak energi negatif di dunia ini, dan gua menelannya mentah-mentah. Sebenernya ga selalu energi negatif yang ditelan mentah-mentah, cuma apa yaa, simpati yang terlalu tinggi aja mungkin, sampai menenggelamkan diri pada emosi yang orang lain rasa, bukan hanya diri sendiri, yang sometimesss membuat gua terlihat sangat sensitif dan moody-- kalau gua hepi, hepiiiii parah, begitupun sebaliknya.
Beberapa hari lalu gua dikontak sahabat lama, gua jaraang banget kontakan sama dia. Gua cek terakhir kali chat gegara dia nanya bikin podcast pake apa di bulan september 2020, ngabarin kartu pos udah sampe diawal tahun, dan saling ngucapin ultah di februari--annually. Sampai pada akhirnya beberapa hari lalu gua abis selese rapat jam setengah 11 malem dia ngechat gua bilang mau cerita.
Gua tau kabar dia tidak sebaik itu beberapa bulan terakhir tapi dia belum mau cerita dan baru cerita kemarin. Ya emang ceritanya cukup shocking dan turut membuat gua ot sampe jam 2 pagi sih :) Cuma gimana yaa, ga semua ot yang gua pikirin bisa ditumpahin ke orang lain, orang lain juga gaperlu bahkan gaboleh tau, dan gua terlarut memikirkan hal yang sebenernya cukup dipikirkan ketika gua sama dia aja gitu.
Mana aku anaknya (((peluk bgt))) lagi, tapi saat itu mau nelfon sahabat gue yang bercerita itu aja gabisa. Langsung keingetan gmeet sama shofie waktu itu, hari minggu pagi jadwal liqo dan webinar magang bertabrakkan. Akhirnya kita bagi tugas aku dengerin magang dia dengerin liqo trus kita saling sharing malemnya.
Setelah gua cerita soal magang, dia menjelaskan soal apa itu qada dan qadar. Anjir berat banget. Tapi intinya, there are things in life yang bisa kita kontrol, dan ada juga yang engga. Selagi ngomongin magang dia recall soal itu, katanya, "Beb, kita barusan ngomongin ini loh. Kita bisa usaha buat nyari perusahaan magang macam apa dan dimana. Tapi pada akhirnya siapa yang balas email kita, siapa yang nerima kita, bahkan siapa yang bakal jadi dosen pembimbing kita, itu gabisa kita kontrol. Udah jadi kamu gausah pusing makanyaa." (dialog barusan ditulis dengan gemercik bumbu shri bhuwana).
Tapi ya iya juga si. Begitupun pada hal yang terjadi di dunia ya ga cuma urusan magang. Sambil menyelipkan secarik surat di dalam kado untuk teman yang malam itu bercerita, gua nulis, "there are things in life yang gabisa kita kontrol, dan kadang emang anjing aja. yang penting kita belajar, always try to look at the good side, dan satu lagi deh, acceptance."
Pasti pernah denger kan katanya menerima adalah level paling tinggi dari mengikhlaskan jiailaah. Kalau kita coba balik lagi ke paragraf pertama sebenernya berarti tau dong gua harus apa ya hahaha. Punya simpati itu baik, tapi segala sesuatu yang berlebihan itu gabaik, itu satu. Kedua, balik ke podcast mengenai kesendirian yang pernah gua bahas di instagram. Waktu itu gua bilang, sebenernya gapapa kok kalau kita badmood, asal kita ga lempar energi itu ke orang lain aja. Ya walaupun sebenernya ada manusia yang diciptakan untuk selalu menjadi tempat sam(bat)pah seseorang, tapi pasti orang itu juga gabisa 24/7 buat kita yakan?
Jadi mungkin blog ini akan jadi tempat gua menumpahkan energi-energi itu kali ya, sekalian jadi wahana menulis dan perayaan dari self-acceptance aku dan simpati tingkat beratku hahaha.
gaena bgt closing statementnya tapi yauda sehat sehat teman, everything will be ok trust me,
Komentar
Posting Komentar