+100 days of self quarantine

111 days to be exact. Angkanya kayak kecil ya, tapi gatau kenapa kaya lama banget. Gua udah uts, uas, rampung semester 2, kepanitiaan mulai diundur satu persatu, hobi baru muncul, target baru juga muncul, sampai masalah baru juga muncul. Jujur gua gatau mau nulis apa malam ini tapi rasanya banyak banget hal baru terjadi 111 hari kebelakang.

Kata orang, ini extraordinary.

Yaa, gua setuju karna memang ini masalah yang ga pernah kita hadapi bersama. Kabarnya, krisis 1998 ga separah ini, apalagi krisis di 2008. Gua bersyukur termasuk dalam golongan yang tidak economically drained, cuma (sedikit) mentally drained aja si hahaha. Awal pandemi ini mulai di Indonesia, papa susah banget mau ke Jogja. Sampai lebaran rampung seminggu dua minggu setelahnya bahkan. Jangan tanya, tentu gua overthinking. Berasumsi soal pikiran tetangga-tetangga berbicara mengenai kepulangan papa dari Bekasi ke Jogja, yang bahkan mungkin tetangga gua ga mikir sampai kesana.

Tapi alhamdulillah semua masa itu udah lewat. Satu-satunya yang harus gua lawan sekarang cuma diri gua sendiri. Kasur yang terus menyerap sari-sari produktivitas, sofa yang menarik semangat olahraga, aplikasi Viu yang semakin terlihat menarik untuk dibuka dari hari ke hari. Udah itu aja.

Sebulan ke depan akan menjadi sebulan yang panjang. Gua mulai sibuk dunia per-cofas-an PPSMB UGM 2020 (yah masuk search engine ga yaa hahaha). But honestly it's so exciting. Gua ulang sekali lagi, gua anaknya seneng banget ngobrol, sharing, ngomong lah intinya. Kemarin udah sempet ngelakuin yang namanya roleplay, semacam memerankan peran sebagai pemandu, dan sempat dievaluasi: "Nana kamu tegang po?" gua diminta untuk berbicara dengan lebih tenang lagi.

Gua yakin ini akan banyak membantu melatih cara gua berbicara, maka gua memandang 4 kali roleplay dalam bulan Juli ini sebagai tantangan yang siap gua selesaikan. Mana gua anaknya perfeksionis parah hahaha gausah diminta juga, gua akan inisiatif memahami materi jauh-jauh hari karena susah banget puas sama diri sendiri, kesleo dikit kesel rasanya.

Tbh, karena cofas ini juga sih gua ga banyak nge-set target dalam satu dua tiga bulan kedepan. Semakin banyak berbicara dengan banyak orang, juga bikin gua butuh waktu lebih lama untuk kembali pada mood: berbicara dengan banyak orang. Iya ya gua masih introvert kalau dipikir-pikir hahaha (survey said otherwise). Balik lagi ke paragraf 3 sih, sebenernya hal-hal yang menahan gua untuk produktif tercipta juga gegara gua banyak berkegiatan yang melibatkan orang banyak ini. Jadi sekalinya ada waktu kosong, rasanya ingin seharian cuma di kasur, guling-guling, selimutan, dan scrolling youtube atau sekedar nonton running man untuk mengembalikan mood gua buat lanjut berbicara sama orang banyak.

Anyway, ditengah kondisi corona yang pertumbuhan penyebarannya melonjak tajam, Jogja sudah kembali normal. Sudah kembali macet, istilah lainnya. Memang sudah new normal sih, roda perekonomian pun sudah kembali berputar, tapi apa ya, gua masih parno dan sepertinya akan terus parno sampai pandemi ini benar benar selesai. Udah deh mending gausah kemana-mana kalau ga penting-penting banget. Sumpah daritadi gua ngetik ngalir aja ni gamikir, udah lah mari disudahi.

Sehat selalu teman-teman, gua paham corona sudah mengambil banyak hal entah materi atau yang ga kasat mata kaya kesempatan dan waktu. Tapi mau bagaimanapun ini sudah terjadi, jadi yang bisa kita lakuin sekarang cuma tetap berusaha hidup semaksimal mungkin. Jaga diri, tetap produktif, dan yang paling penting saat ini: bersyukur dan menerima, yang kata orang mah easy to say, hard to do.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How's life?

Pementasan Bernyawa

Hai!