My Kind of Friendship

Bicara soal pertemanan, sebenarnya banyak kejadian yang membentuk caraku berteman saat ini. Dulu pas SD i'm being a selfish friend yang membuat temen SD sampai sekarang pasti kenalnya ya, devi yang galak (apa temen sekarang juga ya? wkwk). Dulu tuh anak Bekasi pasti punya geng, yaa realistis sih setiap orang pasti punya teman dekatnya masing-masing. Tapi dulu setiap geng punya brandingnya sendiri-sendiri. Mereka yang gaul, mereka yang wibu, yang suka kpop, yang ambis belajar, banyak deh.

Until one day, aku pernah dijauhin sama gengku when i was on elementary school wkwk. Anehnya, untuk pada akhirnya aku punya teman baru dan 'pindah' geng, itu segala nanya loh, "aku boleh ga temenan sama kalian?" Huft lucunya dunia pertemanan saat kecil. Tapi mungkin karena itu ya, aku ditemukan pada my number one call sekarang ini, Fia. Kita se-SMP, gengku dan dia sama-sama pisah SMP dan menyisakan kami berdua yang lanjut di sekolah yang sama.

That's the first lesson i get about friendship. Everyone has ego and their own things to do so please try to accept and appreciate. Beside that, to take friend as family. No one ever get left behind without any reason. That's hurt me bad, buddy. But yeah, baiknya, an end means a new start in life.

Selain itu pun gua belajar cara berteman dari papa. Sahabatnya sekarang tinggal dua, and he's typical who will give anything to both of his friends. Katanya, seseorang menjadi dekat biasanya karena ada urusan 'bisnis'. And if it's done, begitupun hubungan kalian. But friendship doesn't go that way, you are there for your bestie 24/7. Walau beda teman pasti mengartikan 24/7 pun berbeda ya.

Since that time, i trust my friend as my family. My loyalty juga bisa setinggi itu. Sampai sekarang gua masih berteman lengket dengan teman SMP, SMA, also kuliah i think. Sekarang gua mengerti kenapa isyana sama cowonya bisa sampai punya bahasa mereka sendiri, gua mungkin tidak literally bahasa, but the way we communicate, it's different.

Gua kan sensi-an banget ya orangnya, kadang kalau bucin ga dibalikin bucin tuh langsung overthinking kaya, ini orang kenapa yah? and years come by, gua dan teman SMP juga semakin sibuk dan jarang kontak. Yaa paling sekali pas gua lagi di Bekasi dan kemudian ketemuan. Sejarang itu iya sumpah. Nah, karena hal itu, kita juga jadi belajar cara menghargai dan menganggap setiap percakapan adalah quality time yang kita luangkan satu sama lain.

Jadi yaa sekarang udah sadar diri aja, kalau mau cerita belum tentu dia pas lagi senggang jadi disclaimer dulu, "jawab kalau lagi selo aja gapapa" atau, "gausah dijawab, gua mau cerita aja" ya gapapa juga. Mungkin itu ya kenapa gua seringkali bicara, "take your time." i said it cause i'm meant it, sadar aja dunia ga selalu berputar buat kita, semua orang gabisa naruh perhatian 24/7 juga buat kita.

Di samping aku yang sensi, ada juga aku yang bucin. Gatau kenapa ya, gua bisa lagi di stationary store ngeliat sketch/coloring book keinget Fia, ngeliat barang dengan bendera inggris keinget Hasna, ngeliat merch BTS keinget Afni, tiba-tiba aja gitu trus out of nowhere beliin dan kasih ke mereka. Ini lucu sih, kemarin gua lagi nyari croptee hitam oversize (jangan tanya kenapa, pengen aja), terus tiba-tiba gua nemu croptee BTS, trus gua malah beli itu dua dan mikir, "ah sekalian kembaran sama afni(???)" wkwkwk aneh ya.

Yagitu deh anaknya, friend in public, caper in private xixi,,

Sejak pernah ditinggalkan teman di akhir masa SD membuat gua berpikir; satu, semakin banyak kenal orang, semakin banyak masalah yang akan dihadapi (seiring berjalannya waktu banyak banget macam konteks dan jalan cerita yang pernah terjadi hmm). Jadi pikiran kedua gua adalah i prefer quality over quantity. Temen gua bisa dihitung jari asli, ingin make everything in my life valuable aja sih sebenernya dan energi gua ga sebanyak itu untuk please everyone. So i'm truly counting on my bestie.

Entah ya, dari hal sekedar mengapesiasi teman yang menjadi panitia masa orientasi aja jadi mikir kalau gua lebih baik nyamper mereka satu persatu daripada datang dihari H dan ikut merayakan. Hari H tuh hectic mungkin gua gabisa make an intimate conversation even just for 5 minutes. Selain itu juga banyak yang melakukan hal serupa, hmm it would not be that special (bucin kan?) hahaha. Akhirnya gua mengambil jalan meluangkan waktu untuk bawa makanan dan nyamper teman yang yaa gua anggap teman dekat aja wkwkwk. Ke rumah Shofie aku culik ke taman kota, dan ngobrol di dalam mobil. Ke kos Angela ngobrol di mobil yang terparkir di depan kosnya. Ke rumah Eta juga ngobrol di parkiran lapangan sebelah kosnya. Even tho cuma ngobrol 30 menit, it hits us differently aja rasanya bisa mendengarkan cerita mereka satu persatu<3

Gua pernah nulis ini di instagram, katanya sih hubungan harus dijaga 2 arah, tapi kalau gua pribadi yang penting ya mulai aja dari diri sendiri, gimana cara lu menjaga orang di sekitar lu. Ga usah gengsi tiba-tiba tanya kabar, cerita, dan menjaga 3 kata ajaib (tolong, maaf, makasih). Katanya juga yaa, tingkat tertinggi bahagia bukan kesuksesan dan harta, karna orang yang punya itu at some point suka merasa kosong. Sampai akhirnya ada yang bilang, bahagia tercipta dari hubungan yang baik dengan orang yang ada di hiduplu.

And i believe that for sure.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How's life?

Hai!

Pementasan Bernyawa