Masa Depan dan Lalunya

Malam minggu kali ini cukup jauh lebih tenang. Sepertinya karena ada di tengah minggu yang sibuk, sih. Minggu pertama kuliah aku selesaikan dengan baik. Sejauh ini catatan lengkap, i understand the lesson well.

Hari ini hari Sabtu, jam 23.40 malam, di kamar. Hari ini hari panjang. Setelah bangun pagi, dan langsung duduk di depan tablet tanpa skincare ataupun sarapan. Open house BEM tahun ini cukup kacau ya sepertinya, menterinya pada seneng cangcimen soalnya termasuk saya hehe tapi menyenangkan bisa bertemu gamada!

yak ketiduran gua hahaha sebelum bercerita hari ini, gua lanjut dulu dah yang kemarin wkwk.

Seusai open house, gua lanjut ikut program grow careers. Sebuah program untuk mempersiapkan mahasiswa masuk ke dunia pekerjaan, berbagi pengalaman dan saran pengembangan kurang lebih. First impression gua pada program ini gila. di pertemuan pertama, peserta langsung disuguhkan 6 pembicara dengan latar pekerjaan yang berbeda walau semuanya sama-sama lulusan teknologi pangan, sama kaya gue. Ada yang sejalur jadi RnD dan QA, ada yang spesifik ke bisnis, dan ada juga yang masuk program management trainee, sebuah cita-cita wkwk.

Jujur akhir-akhir ini gua banyak menenggelamkan diri pada webinar yang membahas masa depan. Ga hanya pada dunia pekerjaan kaya si grow careers ini, bahkan seringkali pada study abroad. Lintas sekali ya? Jujur gua bukan tipikal anak ambisius dengan target hidup yang kuat dan membangun jalan hidupnya perlahan membeli semen dan bebatuan sedini mungkin. Gua sadar gua orang yang sangat mudah terbawa arus dan hilang arah bila tidak ada orang di samping tempat gua bisa berpegang.

Ya faktanya, gua merasa itu kondisi gua sekarang. Keluarga gua tidak ada yang food-related dan gua merasa harus meraba-raba opsi apa yang gua punya di depan nanti. Target gua belum jelas, tapi setidaknya gua tau apa yang akan gua hadapi nantinya, yaa setidaknya.

Titik 'waktu' dimana gua hidup sekarang membuat gua merasa bersalah ketika tidak memikirkan masa depan walau sedetik, lebay deng hehe. But for real, time flies fast, faster than what we ever think. Gua masih tidak terima aja sih, impian untuk kuliah di Universitas Gadjah Mada yang gua perjuangkan 5 tahun hanya dibalas dengan 8 bulan kuliah offline dan sekarang udah masuk semester lima. Yang bisa gua pastikan adalah tuhan pasti punya rencana besar untuk gua hadapi kedepannya, dan dalam perjalanannya, memang harus kaya gini, ya gapapa. It's always been an honour for me, Allah.

Gua mulai paham kenapa kaka tingkat bilang semester 5 adalah yang terberat. Menurut gua bukan karena praktikum dan mata kuliahnya (ya walaupun mungkin iya juga) tapi menurut gua lebih berat di mental. Semester lima dimulai dengan kesadaran akan magang di bulan desember, KKN di bulan Juli, dan ditanya dosen pembimbing akademik "sudah terfikir ingin ambil tugas akhir apa?" shit.

Walau gua yakin di semester 6 pun gua tetap akan jadi mahasiswa dengan banyak kegiatan di luar akademik hahaha, lagi-lagi ya gapapa, kita belajar adaptasi dengan pressure quarter life crisis ini, devi. Gua bersyukur punya komunikasi yang baik entah dengan diri sendiri, sih. At the very least gua paham kapan harus bernafas, berhenti, bergerak, dan mengejar (tapi kacau kalau urusan cinta HAHA g deng). Jadi yaaa, gua merasa safe untuk mengikuti kata hati.

Seminggu kebelakang gua lagi sibuk banget ngurusin surat peringatan. Serem ya? Lagi-lagi karena desakan dari luar. Aduh cupu banget deh gua sebenernya kenapa ya. Gua selalu merasa pressured ketika 'dibilangin' sama orang yang i-put-respect-to gitu, apalagi kalau dengan nada yang cukup tegas, gua takuuuuut banget setakut itu wkwk ah anjir kenapa tiba tiba gua mikir itu sosok inner child gua ya? Gua gatau apakah anak perempuan lain punya hubungan spesial sama ayahnya, but i have one. Dibanding dibilang anak mama, gua lebih bisa dibilang anak papa kayaknya. Gua seringkali berbeda pendapat, sering ngerasa ga cocok, tapi kaya yang pernah gua ceritakan di post-post sebelumnya, kalau udah ngobrol berdua sama papa ya dunia serasa milik berdua aja.

Tapi pernah gua melakukan kesalahan, menurut orang lain ini mungkin sepele. Tapi dari dulu gua selalu hidup dengan peraturan disiplin yang salah satunya adalah "maghrib udah di rumah, ya." Until one day, gua pernah nungguin sahabat gua dapet gojek pas SMP di sekolah. Ya sebagai teman yang baik, gua tungguin sampe dia pulang dong? Jadilah gua sampai di rumah hampir jam 7. IYA JAM TUJUH. Anjir gua di silent treatment bapak gua, bener-bener tipikal cowo jogja yang kalau marah diem BAHAHAHAH jam tujuh padahal masih sore yaallah tapi asli gua takut banget sejak saat itu gua gapernah lagi, bener-bener, "sori gue gabisa, harus cabut." hahaha. Walau disamping itu gua yakin bukan cuma itu sih kejadian yang bikin gua trigger, cuma part itu memang yang paling membekas di kepala gua, karena didiemin bukan yang pagi nya udah baikan gitu loh anjir. Mungkin itu juga kenapa gua anaknya nurut banget, TUHKAN TIPIKAL BUNGSU BOCIL SUMPAH DAH.

Ini kenapa jadi panjang, oke balik lagi surat peringatan. Gua merasa ditekan dengan dibilang "ini tuh udah ada irjen emang tujuannya buat itu dev. lu tuh harus tegas, jangan gaenakan. dari dulu bem tuh selalu dipandang sebelah mata selalu disepelekan kenapa? ya karena kaya gini, ilang-ilangan dibiarin gitu aja." maktratap dong gue :-) Lusa harinya, terbitlah 11 surat peringatan. Banyak banget iya gua tau wkwk. Gua sampe bikin grup baru di whatsapp khusus untuk membahas SP. Capek bos lempar sana lempar sini, udah begini aja masih ditahan-tahan, "dev dia gausah di SP aja deh." ya untung gue bukan si itu, kalau ga, disemprot lu yang ada hahahah cuma yaudahlah kita lihat apa yang akan terjadi nantinya.

Disamping itu semua, gua baru menyelesaikan minggu kedua aiesec dan masih mengurus laporan keuangan summer course. Udadah kapan-kapan lagi ceritanya, pusing abis nangis 2 jam nonton Habibie & Ainun 3 sampe tisu abis. Katanya, "kita adalah buku yang sama, tapi halaman yang berbeda." jhaaaa jodoh ma ada aja jalannya bos. Semangat yeuu besok senin!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How's life?

Hai!

Pementasan Bernyawa