people change

--and it's a fact.

Kemarin gua ketemu sama temen debat gua. When i'm around them, gua banyak menyadari kenapa gua bisa menjadi devi yang sekarang. Devi naturally like to talk, tapi dulu gua lebih suka menanggapi suatu peristiwa ya di balik tirai aja, dengan ngobrol sama temen, sambat ke temen, atau marah-marah ke temen yang punya akses untuk merubah situasi kondisi tersebut. Tapi jujur gua sadar apa yang gua bicarakan dulu semuanya banyak yang literally based on my own thoughts, ga mikir pov orang lain, ga mikir pov sistem, pokoknya i just talked about myself.

and it sucks pasti untuk orang lain yang dengerin gua bacot kaya gitu wkwk.

Sampai akhirnya Devi masuk debat, gua jadi sering dipaksa untuk 'mewakilkan' golongan tertentu yang somehow gua ga support stance itu. Debating on which one should we prioritize; benerin lingkungan dulu, atau benerin ekonomi dulu baru punya duit buat benerin lingkungan, or whether we support awkarin to be a feminist role model or not-- alias ribet pokoknya.

Dulu gua pernah bilang, "lu bayangin deh idup jadi gua, sekolah dari jam 7-4 sore, pulang sekolah debat sampe maghrib ngomongin hal yang gaada hubungannya sama iduplu, capek."

That was me in high school. That dot in my life was extremely made me fucked up, messed up, and slightly thought of run and escape. Tapi sekarang gua di bangku perkuliahan melihat ke belakang, i just want to hug myself in that age and tell her, "See the good side. See the good side. It's all worth to fight for, believe me."

Dulu sepertinya Devi belum pandai menerima dan memikirkan pov tuhan melihat Devi saat itu ya. The hell part of my high school period was actually a god's path for me to develop myself. Setiap ada hal yang terjadi gua jadi terbiasa bertanya kenapa begitu, kenapa begini, wdyt about abc, to listen, to argue, to have critical, systemic, and structured thinking, open mind, give emphaty, to be reasonable, sampai dealing with people's opinion yang seringkali berbeda dan terdengar menyebalkan.

Ah iya, aku juga belajar yang namanya bagi tugas. Fyi, Debate is actually an individual competition, lu dinilai tuh perorang, lalu di sum up jadi nilai tim, maka ada yang namanya gelar best speaker. Kesalahan suatu tim debat biasanya berasal dari kurangnya kerjasama tim. Mereka yang merasa punya argumen bagus kadang gamau ngasih ke temennya. Gua yang posisinya 2nd speaker punya basic argumen yang seharusnya dibawa dari awal oleh 1st speaker, terus gua gamau kasih biar nilai gua bagus, gitu lah kira-kira. Tapi seiring berjalannya waktu, gua sadar kalau setiap speaker pasti punya perannya masing-masing. 1st speaker for the fundamental theory, 2nd speaker to break down opponent argument, and 3rd speaker to sum up that we're better in this. Disitu gua banyak belajar mengalah menurunkan ego untuk kebaikan bersama.



Kemarin adalah pertemuan pertama setelah mungkin 2 tahun ga ketemu. Kalau udah ketemu, kita yang basicly terbiasa buat debat jadi sangat kuat untuk ngobrol dan diskusi berjam-jam. We've changed. Kita masih gitu-gitu aja, tapi cara pikir kita yang berubah, yaa walaupun engga juga sih. Yang dulu gua melihat rizky adalah orang paling santai dan bodo amat, ternyata udah punya mimpi tentang masa depannya yang sederhana, tapi meaningful katanya. Demas juga, yang dulu sangat idealis dengan satu titik mimpi, sekarang jadi sangat terbuka for options yang hadir di kehidupannya. Begitupun mereka yang cukup bingung melihat gua yang biasanya sangat alpha kali ya. Entahlah tapi pembicaraan kemarin cukup membuat gua merasa kami bertumbuh dengan lingkungan keseharian yang berbeda, jadi berbicarapun dengan perspektif yang berbeda dan lebih luas.

Mungkin ini juga yang membuat gua belajar untuk menerima pikiran orang lain tanpa merubah pikiran gua sendiri ya (ya ataupun dipertimbangkan benar salahnya). Kemarin jujur gua banyak mendengar opini dan perspektif yang cukup ekstrim (bukan anak debat kalo ga ngomongin konflik dunia sie, HAHA gadeng). Tentang mimpi kemanusiaan, tentang berguna untuk orang lain karena mental responsibility, tentang child-free, tentang kemapanan, setting up expectation, tentang hidup yang katanya full of transactional business also take and give, yet, hubungan mereka yang akan dibawa ke masa depan, sampe bikin gua nanya, "kapan si kalian mikirin ini, kita gapernah ngomongin ginian anjir wkwkwk."

Well i think that's how life works, orang pasti akan tetap berubah karena nurture-nya, it's a part of a learning process tho. There will always be reason for people to change, you have to understand and accept that.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How's life?

Sibuk di tengah pandemi