Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Bicara Mengenai Pahlawan

       Sudah 195 tahun sejak Pangeran Diponegoro menolak modernisasi oleh Belanda di tanah jawa. Sudah 75 tahun sejak Bung Tomo membakar semangat masyarakat Surabaya dengan semboyannya yang masih terngiang sampai sekarang. Indonesia kini merdeka karena jerih payah mereka semua. Selamat Hari Pahlawan Nasional, Indonesia!      Tidak terasa sudah 75 tahun sejak Indonesia merdeka, Hari Pahlawan terus kita rayakan setiap tahunnya. Presiden pertama Indonesia-- Ir. Soekarno, pernah berkata, "Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghormati jasa pahlawannya." Tapi adakah yang pernah berpikir, kenapa ya Pak Soekarno berkata seperti itu?      Semuanya kembali pada kenyataan bahwa perjuangan pahlawan membebaskan indonesia dari penjajah, tidak ada yang bisa membayarnya. Dahulu pisau dan pistol pasti menjadi pegangan sehari-hari. Hidup mungkin terasa tidak nyaman, ada di bawah bayang-bayang para penjajah. Saat itu mungkin hanya bisa bertanya-tanya, besok kita makan apa, ya? Besok apakah a

Reflecting

Semenjak bergabung di grup mentoring yang dulu pernah gua ceritakan, gua mulai melihat kehidupan dari banyak sisi. Sebenernya udah dari dulu sih begitu, cuma sekarang ditambah satu sisi baru, sisi tuhan. Sering--banget--sekarang setiap hal-hal terjadi gua bertanya-tanya, "apa ya maksud tuhan atas apa yang gua hadapi saat ini?" And i thought that's a good thing gua bisa berfikir seperti itu. Siang ini contohnya. Tadi pagi gua bangun jam setengah tujuh berhubung ini weekend . Tapi gua terbangun karna ditelfon seorang ketua proker yang minta diajari untuk share screen dan nyetel lagu di zoom, gua sebagai bendahara dan fasilitator cukup kaget ketika tau bahwa ternyata koor acara memberi info pukul 12 malam hari kemarin (dan gua udah tidur) bahwa hari ini fasilitator bertugas. Makjegagik dong gue bangun dari kasur dan bergegas mandi. Maunya sih bergegas mandi, tapi ternyata banyak hal yang harus ditanggapi, MC yang masih tidur, acara yang no back up, no plan B. Kehebohan tad

Pra--Mubes?

Baru selesai forum keluarga! Jujur baru di kuliah ini gua kenal yang namanya musyarawah in real life hahaha. Selama hidup liat yang namanya musyawarah kayaknya pas pemilihan ketua RT aja deh, tapi kali ini, gua ada di dalam forum diskusinya. Tahun lalu musyawarah besar atau yang selanjutnya kita sebut mubes, dilakukan secara offline di fakultas gue tercinta, FTP, selama 3 hari berturut-turut. Gua hadir setiap harinya, berhubung ada proker BEM yang harus gua urus juga sih, jadi yaa sekalian deh gua garap di ruang mubes hehe. Pengalaman pertama gua se-deg-deg an itu berbicara di forum besar, sampe saking bingungnya ngomong, gua harus minta tolong seorang kawan untuk melanjutkan pembicaraan gua hahaha lucu sih kalau diinget-inget. Tahun ini, mubes dilakukan secara online, di zoom. Berasa 4.0 banget ga tuh, guys? Walaupun tidak se-gercep kalau offline, tapi dilain sisi, sepertinya lebih banyak orang yang bersuara di mubes online ini, karna ada fitur chat. Diawal gua bilang forum keluarga,

10-10-20 at midnight

Kalau ditanya kapan waktu yang tepat untuk menulis blog, jawabannya gaada. Sekalinyapun diharuskan menjawab, gua cuma bisa bilang hmm mungkin tengah malam setelah secangkir kopi diseduh di jam 7 malam? Seperti malam ini contohnya. Hai! Sudah lama sekali rasanya vakum dari web ini. Setelah sibuk percofasan duniawi yang kadang tak kenal diri, akhirnya selesai juga! Senang, sedih, lega, terharu, semuanya gua rasakan campur aduk. Ceritakan ga ya? nanti deh, lain waktu. Sekarang lagi ingin bicara ngalor-ngidul dulu, hehe. Apa kabar di minggu ke-4 kuliah teman-teman? Let me guess, hectic? Itu sih biasanya jawabannya, bener ga? hehehe. Gua pun merasa begitu, nanti jam 7.00 WIB ada pelaksanaan PLD, rangkaian acara rekrutmen anggota baru BEM fakultas gue. Yang bikin makjegagik, karna baru 2 jam yang lalu gua dilantik jadi host ruangan nanti pagi. Diminta nyetel lagu juga gua bingung, mencet apa ya? Itu yang paling mendesak, mendesak 2 adalah kepanitiaan ospek jurusan, Inisiasi TPHP 2020 namanya

Daddy is in da hous!

Kemarin hari Kamis sekitar jam 6 pagi mama berteriak sambil berlari dari dapur belakang ke luar rumah, membangunkan aku dan kakak yang masih lelap tertidur. "HAH SIAPAAA? HAAAAAHH" kenceng banget. Papa ternyata datang. Salah satu bukti lain ketika soekarno berkata bahwa jarak bukanlah pemisah namun pemersatu, itu benar adanya. Jarak yang terbentang antara aku, mama, dan kaka yang kini di Jogja dan papa yang bekerja di Bekasi, membuat kehadiran papa di Jogja selalu terasa spesial. Sering kali kegiatan yang bertabrakkan dengan jadwal kehadiran papa di Jogja aku abaikan. Disaat semua orang punya waktu bersama ayahnya tak terhingga, aku terbiasa bertemu papa seminggu-dua minggu sekali. Akhirnya bisa nyate di idul adha sama papa, makan opor juga. Hargai  quality time dengan orang tersayang yah teman-teman. Waktu, kesempatan, dan ruang itu mahal harganya.

Aku dan lingkunganku

Mereka bilang, kita terbentuk antara lain dari keluarga dan seperti apa lingkungan pergaulan kita. Pernah ga merasa aku harus seperti temanku, agar aku bisa bermain bersama temanku. Atau aku akan seperti temanku, karena ia terlihat keren. Padahal mungkin kita berada di lingkungan yang salah? Cepat sadari dan introspeksi diri. Sejak masuk kuliah, aku bertemu salah seorang teman yang berasal dari SMA yang dulu aku harapkan tapi tidak tercapai. Ia cerdas, juga sholehah. Stigmanya, seperti ukhti-ukhti, berkerudung lebar, memakai baju juga celana yang longgar. Sejak SMA aku sempat berusaha mendekati temanku yang juga seperti itu, aku bilang ingin belajar menjadi seperti mereka. Menjauhi omongan kasar, menjauhi hal-hal negatif, menjauhi banyak eluhan. Tapi teman kuliahku lebih terbuka tentang hal ini. Aku banyak cerita mengenai keinginanku mempunyai lingkungan pertemanan seperti itu (lurus banget aja gt), dan akhirnya ia wujudkan. Aku masuk ke lingkaran mentoringnya, mentoring alumni padmana

An hour with dad, could change a lifetime

Weekend ini Jogja kedatangan papa seperti biasa. Oh god this was too emotional idk if i could hold my tears when typing this story till' the end. Dad was coming.  Begitu juga mbah dari Purbalingga yang hendak berobat ke Sardjito. I know it's kinda annoying but, gua sering kali berada di depan laptop karna harus melakukan banyak hal secara wfh. Roleplay cofas, meet rutin, webinar, kajian, gatau apa lagi lupa. Lebih menyebalkannya lagi adalah, tiap diajak keluar gua gamau ikut karna terlalu parno, kemaren sempat diajak ke tengkleng gajah pun rasanya gua se-parno itu, ditambah lagi setelah tau diakhir bulan Juli atau di awal Agustus akan dilakukan rapid tes masal panitia PPSMB. Jelas gua semakin mikir kalau mau keluar. And it also happen today.  Hari ini gua diminta bangun pagi agar bisa berfoto bersama sebelum mbah kembali ke Purbalingga, gua bangun. Terus papa tiba-tiba ngajak jalan ke Hartono karena udah lama ga jalan, sekalian anter mbah ke tempat transit bis, dan anter mama k

Sibuk di tengah pandemi

These weeks have been sooooo busy anjai. Tapi gua seneng banget karena bisa disibukkan oleh hal-hal yang gua sukai. Banyak project terbentuk di tengah pandemi, bantu doakan semuanya dapat dilancarkan ya! Cerita ini mengenai orang-orang yang gua banyak temui akhir-akhir ini hihi. Selama quarantine gua mencoba untuk produktif dan menjauhi hal-hal negatif sebisa mungkin (di luar quarantine juga sedang berusaha si hahaha). Setiap bulan gua selalu update kehidupan di sec acc ig gua mengenai apa yang gua jalani selama sebulan kebelakang, aslinya gua melakukan ini biar setidaknya gua punya tanggung jawab untuk membagikan kisah yang menarik untuk diambil pelajarannya, atau setidaknya yaa, produktif laaah. Terus gua juga beberapa kali ikut lomba, mengisi youtube, blog, dan tiba saatnya di bulan keempat mulai ingin mencoba hal baru lagi, lomba dance, podcast dan film. Sebenernya basic suka itu ya udah ada dari lama ada si, cuma ini bentuk yang berbeda lagi aja kali yaa. Yang bikin lebih senengn

+100 days of self quarantine

111 days to be exact. Angkanya kayak kecil ya, tapi gatau kenapa kaya lama banget. Gua udah uts, uas, rampung semester 2, kepanitiaan mulai diundur satu persatu, hobi baru muncul, target baru juga muncul, sampai masalah baru juga muncul. Jujur gua gatau mau nulis apa malam ini tapi rasanya banyak banget hal baru terjadi 111 hari kebelakang. Kata orang, ini extraordinary. Yaa, gua setuju karna memang ini masalah yang ga pernah kita hadapi bersama. Kabarnya, krisis 1998 ga separah ini, apalagi krisis di 2008. Gua bersyukur termasuk dalam golongan yang tidak economically drained, cuma (sedikit)  mentally  drained aja si hahaha. Awal pandemi ini mulai di Indonesia, papa susah banget mau ke Jogja. Sampai lebaran rampung seminggu dua minggu setelahnya bahkan. Jangan tanya, tentu gua overthinking. Berasumsi soal pikiran tetangga-tetangga berbicara mengenai kepulangan papa dari Bekasi ke Jogja, yang bahkan mungkin tetangga gua ga mikir sampai kesana. Tapi alhamdulillah semua masa itu udah lew

Abdi janten pohoan

AAAARRRGH kesel banget sumpah hahahah tapi karma si ini kayaknya. yaudah denger dulu aja. Hari ke 103  self quarantine udah menjadikan gua devi yang sedikit new normal (apaan si). Semenjak memasuki bulan ketiga ini gua mulai menulis jadwal daily activity gua di adalah buku jurnal kecil list-to-do gitu. Satu halaman berisi 7 kotak alias kaya weekly planner dan di tiap kotaknya gua menulis secara rinci: 1 Monday Upgrading BEM 9.00-10.30 Pre-test 10.00-10.30 Cofasiologi 13.00-14.00 2 Tuesday Strategi investasi 19.30-21.00 @bemfebugm gitu deh sekiranya. Alasan gua bikin weekly planner kaya gitu karena pada dasarnya corona udah bikin gua lupa hari, lupa jam, lupa tanggal. Gua bener bener gatau sekarang hari apa kalau ga denger masjid pake toa siang-siang which is jum'atan, atau karena bapak gua dateng which is: weekend is coming . Tapi ini wajar ga sih? Ya setiap hari kerjaan lu menatap tembok yang sama, orang yang sama, kaos yang sama gegara selalu ambil baju paling atas di lema

Corona drives me...

Gua mulai menulis ini di hari ke 88 self quarantine , hampir 3 bulan dirumah aja. Happy tentu berada di rumah sehari-hari kerjaannya makan, rebah, tidur. Karena basicly gua emang anak rumah yang kuat 3 hari di kamar nonton drakor, keluar kamar cuma karena wudhu dan makan haha lebay deng gua quarantine malah mandi keramas mulu gegara kesel kalo ngaca malah kumel (udah mana gaada muka lain yg diliat). Gua baru merasakan bosen 3-4 hari belakangan karena dengan gua bikin wishlist kegiatan yang pengen gua lakuin pun kaya males aja gitu, jadi yaudah deh aku mau cerita aja yah. So, what do i do in the middle of this pandemic things? Gua bisa bilang gua cukup kreatif untuk bikin suasana rumah tidak semembosankan itu, dan emang dasarnya gua seneng untuk berada di safe-zone , jadi rumah adalah tempat ternyaman gua berkreasi. Di bulan-bulan awal self quarantine gua mulai me- recall kegiatan-kegiatan yang selama ini mau gua lakukan tapi gaada waktu. Salah satunya melukis. Karena

Kota pelajar dan budayanya

Kalau dipikir-pikir sayang juga kalau cerita kehidupan gua di Jogja tidak diabadikan dimana-mana. Sempet naro di youtube tapi rada susah juga kalau ngerangkum 3 tahun jadi video singkat. Ini adalah cerita ABG yang berani-beraninya pindah ke Jogja untuk memulai kehidupan baru, tanpa mengenal satu orang pun. Mungkin di luar sana ada yang ragu untuk melanjutkan pendidikan di Jogja. But one thing for sure, please make sure you do that. There will be no regrets. Kenapa gue bilang gitu? Karena gua merasa i grow up being a better version of me di sini, di Jogja. Entah dari kepribadian gua, dari bagaimana hubungan gua ke manusia lain, dan dari segi pendidikan tentunya. Kali ini gua pengen sharing tentang apa aja sih yang perlu kalian ketahui tentang hidup di Jogja dan stigma yang ada, jiailah. 1. Setelah beberapa minggu disini gua langsung paham kenapa Jogja disebut sebagai Kota Pelajar. Hampir gaada jamkos hahaha dan gua merasa semua guru literally ngajar bener gitu disini, jadi janga

Titik balik kehidupan, katanya.

Hai! Jujur ganyangka banget bisa buka blog ini lagi dan berkaca pada devi-devi beberapa tahun silam. Gabisa dipungkiri juga dasarnya emang suka nulis akhirnya balik lagi kesini. Kemarin pas cek blog ini ternyata gua cuma munculin post-an terakhir, sisanya diumpetin semua hahaha. Tapi mari kita munculkan saja deh, toh jadi keliatan juga gimana gua tumbuh dilihat dari perbedaan cara menulis dan kosa katanya, ye gak? Gua sampe bingung harus mulai dari mana deh. Terakhir gua post tentang kostrat itu tahun 2016 dimana gua bisa bilang titik balik kehidupan gua dimulai. Gua pindah ke Yogyakarta dengan alasan melanjutkan pendidikan. Dulu gua kira, pindah kota tempat tinggal adalah suatu hal yang hmm, tidak memungkinkan karena siap atau tidak, seluruh aspek kehidupan tentu harus beradaptasi ulang. Jadi apa yang berubah dari devi di 2016 dan devi di 2020, ya? Gua masih ingat hari dimana pulang dari hari pembagian rapot pas kelas 2 dan 3 SD, gua dapat catatan untuk orang tua karena gua dike