Turning 21

Pas SMP pernah nyicip white coffee mama dan langsung sakit perut. Sejak itu aku paham kalau ada tembok batasan antara aku dan kopi yang tidak bisa kulalui cieh. Sekarang, kopi rasanya jadi guilty pleasure. Dikonsumsi ketika ingin bernafas, untuk tetap terjaga di malam hari dan mengurai benang pikiran satu-persatu, malam ini contohnya.

Selepas ulang tahun ke-21 kemarin, huft aneh juga ya rasanya. Senang, sedih, haru, khawatir, takut, semua nyampur jadi satu. Udah 2 tahun ke belakang ulang tahun tidak dirayakan dan justru sambil menyelesaikan draft proposal lomba, hanya berbeda di tingkat bahasa. Tahun lalu bahasa Indonesia, tahun ini bahasa Inggris hahaha.

Kinda funny cause at that state, berasa banget after all, i only have myself, family, my inner circle. Yang ngucapin bener-bener ada kali cuma 20 orang-an, tapi pesannyaaaa masyaallah bikin pengen nangis semua huft, i'm a blessed one terima kasih yaallah. Semakin kesini juga i learn how to not have expectation on people. Manusia itu dinamis, bisa berubah, bisa stress, bisa datang dan pergi gitu aja.

Jangankan orang awam ya, bahkan sahabat terdekat gua pun sedang dalam masa sulitnya ketika gua ultah kemarin. Tapi ya gitu, bukannya marah, gua justru khawatir something happen to her. Ujung-ujungnya gitu deh, jadi ghibah, ngucapinnya mah lupa hahahah.

Memasuki umur baru gua baru saja unlock achievement baru dalam kehidupan, magang secara profesional untuk pertama kalinya. Menjalani kali pertama memang menyenangkan, karena setiap detik rasanya semua penting dan perlu di take notes dalam otak. Cuma yaa, kinda apa yaa bertemu dengan orang-orang baru yang cerita masa lalunya udah panjang, 2 kali panjang umur gua bahkan.

Gua banyak mengumpulkan perspektif tentang bagaimana perempuan bekerja kemarin. Yaa karena yang selama ini gua lihat ya mama ibu rumah tangga. Jadi dalam 1,5 bulan gimana caranya gua harus cukup belajar sebanyak-banyaknya termasuk diluar tujuan akademik, tentang kehidupan sebagai manusia yang berangkat kerja jam 5 pagi dan sampai rumah sudah maghrib misalnya.

Beberapa saat lalu gua sempet baca buku berjudul Cinta Untuk Perempuan Yang Tidak Sempurna. Menjabarkan banyak posisi wanita dalam kehidupan dewasa yang jujur... gua banyak tidak paham dan tidak relate-nya. Salah banyaknya yakni tentang perempuan bekerja dan tidak bekerja. Terlalu banyak perdebatan dalam diri perempuan yang gua baca di buku itu, dan ketika gua coba ulik di pabrik, gua cukup bisa menyimpulkannya sendiri.

Gua yakin kalau devi tumpahkan pikirannya disini, sepertinya dia tiba tiba akan rilis buku parenting esok harinya hahaha lebay deng. Hats off sekali untuk ibu ibu bekerja. Yang selalu datang tepat waktu walau perjalanan ke kantor 2 jam, yang ketika jam istirahat devi tidur dan mereka malah video call mengajari anaknya matematika, yang ditengah jam kerja izin menelepon asisten rumah tangganya untuk memastikan anaknya sudah dijemput dari sekolah dan selamat sampai rumah. huft cant hold my tears anymore deh kalau udah liat kaya gitu depan mata.

Walaupun yaa tetep aja selalu akan ada harga yang harus dibayar dari tiap keputusan. Entahlah ya, tapi gua yang magang doang aja sampe kos tepar dan gakuat tidur diatas jam 10-11 malam, terkadang mereka berbicara cerita malam hari memasak untuk anaknya, beli makan untuk suaminya, membantu mengerjakan pr anaknya, yang bahkan sampai rumah belum duduk dan membersihkan diri sudah ditodong minta dibuatkan susu like omggg kuat sekali masyaallah. Tapi disisi lain juga ada beberapa dari mereka yang bilang kalau ya mau gamau harus bekerja karena pemasukan yang masih kurang dari suaminya, "saya gabisa masak, bisanya cari uang." katanya. Ada juga yang sengaja menyekolahkan anaknya di pesantren karena yaa.. karena bekerja jadi tidak bisa menemani anaknya kalau di rumah setelah jam pulang sekolah. Intinya, banyak faktor, situasi, dan kondisi berbeda yang dialami tiap orang sehingga tentu jalan penyelesaian dan keputusan yang mereka ambil pun berbeda.

Itu ibu ibu bagian lab ya, kita belum berbicara ibu ibu yang jadi PPIC, head managers, sampai perempuan di deretan direksi. Yang bikin gua kaget juga, kalau meeting diskusi ataupun rapat tuh gua kaya liat devi dikali 5 orang. alias pusing anjir, gua kalau ada diantara mereka pasti otomatis jadi jeruk dan memilih diam... dan jujur membatin takut kalau gua ada di posisi mereka, gua akan membawa hawa itu ke rumah wkwk aduh serem banget sobat sejawat. ini aneh juga sih, mereka pulang jam 7 malam setiap hari dengan embel-embel 'loyalti' wah gila... idk ya whether can i living my life like that gitu:"D

Selain melihat dunia kerja yang menjadi bahan overthinking yang baik ini,, makin dewasa entah mengapa gua semakin merasa dekat dengan mama papa, mungkin karena mulai ada di frekuensi pembicaraan yang sama ya. Jujur agak aneh ketika di hari ulang tahun kemarin papa minta diantar ke stasiun dan berakhir dengan wejangan panjang tentang berhubungan dengan manusia lain. Sebenernya bukan hubungannya sih, tapi lebih ke posisi gua sebagai perempuan dalam hubungan. Tentang menghindari konflik, sudut pandang cewe dan cowo tentang selingkuh, tentang menjadi dewasa, tentang pertemanan perempuan dan laki laki, tentang kehidupan awal dalam hubungan rumah tangga like well????? gatau deh bakal apa yang diobrolin lagi tahun depan edan hahaha.

Keesokan harinya gua menyampaikan pov papa kepada mama. Yang pertama aku bilang adalah mengenai, "mah, kemaren papa bilang katanya 5-6 tahun awal nikah tuh berat, trus aku tanya trus gimana papa ngelewatinnya sama mama, papa jawabnya, mamamu tuh orangnya sabar banget." gitu.

Mama sempat tertawa kecil dan kita pun melanjutkan obrolan. Di jalan pulang, i thought it still give mom butterflies, she said, "masa sih de papa kemaren jawab kaya gitu, ga biasanya." fix love language mama words of affirmation seperti dv,, dikasi ucapan ultah aja dibaca pagi siang malam sampai hafal tiap kata-nya HAHAH (yaallah bahagiaku mudah sekali ternyata).

Sebelumnya padahal baru saja bercerita tentang sisi pahit dalam hubungan. Ya mungkin itu mengapa menikah dibilang ibadah, berat soalnya, pintu surga bisa jadi neraka seketika wkwk. Mama bercerita tentang papa yang sangat teguh dengan prinsip dan pendiriannya, yang dulu sering kali membuat mama menangis di belakang karena paham menjawab seseorang tidak dalam kondisi tenang tidak akan berakhir baik. Bener pah, sabarnya mama verified hahaha, pinter juga papa cari istri HAHA. Lucu ketika sadar buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Somehow gua yang bawel, suka marah2, dan banyak mau ini pun cengeng, overthink, dan always took the lower risk option, gamau ribut, ya mereka lah sumbernya wkwk.

Cukup bingung ketika barusan seorang teman sedang bertengkar dengan pacarnya. Bilang kalau ia berubah, bilang kalau permintaannya untuk sang pacar memperbaiki diri tidak dipenuhi, bilang katanya, "kayanya dia gatakut kehilangan aku." Jati diri hopeless romantics gua jujur gabisa bohong. Persis di malam gua dianggap sebagai teman yang gas-gas aja pun yang gua jawab cuma, "yaudah, aku juga paham kalau perasaan gabisa dipaksa. gamungkin juga aku narik-narik kamu, yakan?" Buat gua perasaan tuh liquid, abstrak, dan banyak campur tangan tuhan sang maha pembolak balik hati. If u both commit to the relationship, ya it should be felt easier. Begitupun tentang cinta yang memang seharusnya dua arah. Sparks dalam hubungan itu katanya harus dijaga, once it lost, they should create a new one; melakukan hal-hal baru untuk pertama kalinya lagi mungkin salah satunya. 

Kalau cuma satu yang usaha... huft gua gatau gimana rasanya beratnya. Saking bocil hopeless romantics nya gua dulu, gua bisa semudah itu nge cut hubungan tiap ada masalah kecil and move on dengan pikiran, "gua ga cocok." Tapi entahlah, makin kesini gua mikir kalau semua hubungan berjalan pasti dengan dua kepribadian manusia yang berbeda, atau at least dengan kebiasaan hidup yang berbeda deh. Tapi(2), apa ya, entahlah we all know kontrol tuhan di atas segalanya. Sekeras apapun usaha, kalau izin yang di atas ga turun mah ya rasanya tetep aja ga jalan. Manusia kan cuma jalanin apa yang ada di depan mata ya, sedangkan tuhan pakai helicopter view--menembus ruang dan waktu, he knows best.

As a human, it's just a case of how people compromised things.
Tolerate, communicate, cari jalan tengah, dan bersepakat.

In the end itu semua tinggal tentang bagaimana usaha dari satu sama lain (termasuk mengusahakan lewat jalur langit). Gua sebenernya adalah a 100% demanding person, dan sekarang tengah belajar sabar juga sadar kalau manusia tidak ada yang sempurna termasuk diri sendiri (lucu i have a love letter yang selalu aku baca kalau lagi kesel, cause i exactly realize kalau lagi kesel suka lupa baik2nya manusia HAHAH). Balik lagi soal masalah seorang teman tadi, soal itu, gua selalu inget kata raditya dika. Orang nikah tuh jangan berharap bisa merubah kepribadian satu sama lain, tapi justru cari teman hidup yang bisa kamu terima kekurangannya, perbedaannya. Ih ngomonginnya lompat-lompat ya kompleks bun wkwk.

Kenapa jadi ngomongin hubungan sih anjir haha:"D sedang berusaha mencerna wejangan papa, tapi laporan magang dulu yuk bisa bisa HAHA. And so far 21 menyenangkan, senang ada yang ikut merayakan di ulang tahun kali ini hehe. Walaupun lagi musim omicron, banyak banget yang batuk pilek demam takut deh. Sehat selalu, 21 will be great!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

How's life?

Sibuk di tengah pandemi